CERBUNG - MELINTASI JALUR BENANG MERAH

Lian 27 April 2021 05:52:04 WIB

BAB III (2)

 

Ike memandang Santi dengan tatapan merendahkan. Ia hanya tak menyangka akan bersinggungan dengan orang yang menganggap nyawa itu murah, hingga bisa ditukar dengan harta. Ike memijat keningnya yang tiba-tiba berdenyut nyeri. Bagaimana bisa putranya bisa kenal orang berbahaya seperti Santi? Ike tak menyadari jika di belakangnya, Lucy sedang berusaha keras agar tak menarik sudut bibirnya.

Santi kembali pada kesadarannya yang melayang pada kenangan dua minggu yang lalu. Ia bukan orang seperti yang dibayangkan Ike atau dikatakan Lucy. Ia hanya orang sederhana yang melakukan kerja keras demi menyambung hidup. Santi memiliki toko kecil di pinggir Jalan Kusumanegara yang ia gunakan untuk menjual kain. Hasilnya memang tak seberapa, tapi cukup untuk menopang hidup dirinya dan sang ayah.

Santi hidup berdua dengan ayahnya setelah tiga tahun lalu ibunya meninggal, digerogoti kanker payudara. Banyak hal yang sudah Santi korbankan untuk mendapatkan pengobatan terbaik bagi ibunya, namun Yang Maha Kuasa lebih menyayangi ibunya hingga dipanggil lebih dulu. Sedih, itu pasti. Siapa yang tak akan sedih bila ditinggalkan orang yang terkasih? Namun Santi berusaha tetap berada di jalan yang dia yakini dan menjernihkan pikirannya demi kesehatan jiwanya.

“Mas Arya, Mas Zidan, Mas Haris … bahkan ibu juga. Aku hanya pembawa sial untuk kalian.” Santi menangis dalam diam setiap mengingat kematian yang merenggut orang-orang yang dia kasihi.

 

Bersambung

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

PELADI MAKARTI

PENDATAAN PELAKU USAHA/ UMKM DI KALURAHAN PUTAT