CERBUNG - MELINTASI JALUR BENANG MERAH

Lian 27 April 2021 05:46:53 WIB

BAB III (1)

 

Tetesan air hujan mengalir melalui cekungan genting, membawa hawa dingin yang menusuk sampai ke dalam kulit bumi. Santi meringkuk di atas dipan yang ada di emper depan rumahnya. Wanita 25 tahun itu mengingat kembali apa yang dia alami saat di rumah sakit beberapa waktu yang lalu.

“Terima kasih karena kamu sudah merawat anak saya.” Wanita paruh baya berambut ikal di hadapannya menyodorkan amplop yang terlihat tebal kepada Santi. Rambut sebatas bahunya melambai saat wanita paruh baya itu dengan angkuh berbalik ke tempat putranya yang terbaring di atas ranjang dengan kaki berbalut gips.

Santi tenggelam dalam pikirannya, menatap amplop tebal di tangannya dan beralih ke arah wanita paruh baya yang ia ketahui adalah ibu dari pemuda yang ia tolong. Ia berpikir keras mengenai maksud dari amplop di tangannya.

“Maaf … maaf Bu, ini maksudnya apa, ya?” Santi tak bodoh untuk sekedar mengetahui maksud wanita paruh baya yang masih memunggunginya. Namun, ia perlu menegaskan sesuatu yang mengganjal di hatinya.

“Loh, apa itu masih kurang?” Ike mengerutkan keningnya, merasa heran dengan reaksi Santi. Biasanya orang akan senang dan menerima amplop berisi banyak lembar rupiah dengan senyum lebar. Hanya orang-orang tamak yang sering Ike temui.

“Bukan … bukan begitu, Bu.” Santi menggelengkan kepalanya atas pertanyaan Ike. Cepat-cepat ia menyodorkan amplop yang ada di tangannya kepada Ike. “Tapi saya tidak bisa menerima ini.”

“Tidak usah munafik kamu. Saya tahu kamu butuh uang, seharusnya uang dalam amplop itu lebih dari cukup sebagai ucapan terima kasih karena telah menolong Aldi, anak saya.” Ike terang-terangan menunjukkan ketidaksukaannya pada Santi. Dalam benaknya, Santi hanya perempuan miskin yang ingin menguras isi dompet putranya.

Santi risi dengan tatapan Ike, ia ditatap mulai dari ujung kaki hingga ujung kepala. Ike mencibir saat selesai mengamati penampilan Santi yang jauh dari kata layak untuk sekedar menjadi kenalan putranya, belum lagi Lucy yang mengatakan cerita-cerita masa lalu mengenai dirinya. Pembawa sial, wanita terkutuk, pemuja setan, itulah yang dikatakan Lucy tentang Santi. Lucy menceritakan bahwa suami-suami Santi tewas dengan mengenaskan tak lama setelah pernikahan mereka, ia bahkan tak ragu menambahkan cerita kalau Santi mengorbankan suami-suaminya untuk pesugihan, demi harta.

 

Bersambung

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

PELADI MAKARTI

PENDATAAN PELAKU USAHA/ UMKM DI KALURAHAN PUTAT