CERBUNG - KETIKA HATI TERSAKITI

Tari 15 April 2021 20:44:25 WIB

Apa terjadi sesuatu padanya? Aku segera meraih HPku dan berusaha menghubunginya, bordering namun tidak diangkat. Aku mulai gelisah dan kembali menelponnya berulang-ulang dengan wajah cemas, Nampak ibu juga mulai tak tenang, namun hasilnya sama, telpon itu tak diangkat.

Jika Mas Faiz tak mau mengangkat telponku setidaknya dia akan membaca pesanku.

(Mas, kamu dimana…? Penghulu sudah menunggu mas, tolong cepatlah)

Pesan masuk namun tak dibaca. Akupun mengirimkan beberapa pesan lagi, namun aku mendapati hal sama, pesan masuk namun tak dibaca dan dibalas. Aku berusaha menelponnya lagi, namun hanya bordering tanpa diangkat.

‘’Bagaimana kalu nak Faiz gak datang?’’ ucap ibuku mengejutkan aku yang sedang sibuk menelepon mas Faiz.

“Gak bu, Mas Faiz pasti datang, mungkin dia terjebak macet, atau mungkin ada sesuatu.’’ Ucapku berusaha tenang, namun didada bergejolak semua rasa menjadi satu, pikiranku mulai kacau. Kemana kamu Mas Faiz…?

Tiga jam berlalu dan Mas Faiz belum juga menunjukkan kehadirannya. Ibu bolak balik ke kamrku dengan wajah gelisah. Sementara aku bingung apa yang harus aku lakukan? Bagaimana jika Mas Faiz mengalami kecelakaan dan gak ada yang mengabari karena dia sendirian, eh tapi kalau dia mengalami kecelakaan minimal orang-orang yang menolongnya pasti akan mengangkat teleponnya, sepertinya aku harus memastikannya kesana.

‘’Nak, penghulunya mau pulang, katanya dia gak bisa berlama-lamakarena harus ketempat yang lain,’’ Ucap ibuku pelan. Aku terkejut mendengar ucapan ibuku.

‘’Gak bu, tolong katakana pada pak penghuluuntuk menunggu sebentar lagi, aku akan mencarinya.’’ Ucapku yang perlahan mulai meneteskan air mata.

‘’Sepertinya gak bisa nak, mereka sudah di depan pintu dan siap pulang. Beberapa tamu juga Nampak gelisah dan sepertinya ingin pulang.”

Hatiku begitu sakit mendengar semua ini. Ya, meskipun pernikahan kami hanya sederhana karena kondisi keuangan kami yang memang tak mampu melakukan pernikahan besar, namun kami tetap mengundang beberapa teman-teman di tokodan teman dari dirinya serta beberapa tetangga dekat, namun semua terasa begitu menyakitkan ketika mendengar mereka akan pulang tanpa melihat pernikahan aku. Dan yang pasti semua ini telah menyakiti hati ibuku. Ibuku sangat berharap dengan pernikahan ini, karena dia juga ingin ada yang menjagaku. Dan satu lagi, rasa malu yang harus aku dan ibu hadapi kelak jika pernikahan ini batal.

Mataku semakin menetes dengan deras. Aku mengangguk dan membiarkan ibu untuk keluar menyampaikan maaf pada mereka.

Aku merebahkan tubuhku di kasur dan memandang kamar ini, kamar yang dihiasi dengan bunga-bunga yang indah dan wangi. Kamar yang sudah aku impikan akan menjalin kasih dengan laki-laki yang aku cintai. Aku menenggelamkan wajahku dibantal dan menangis dengan sekeras-kerasnya.

Cukup lama aku menangis hingga akukembali tersadar kalau aku harus meastikan keadaan Mas Faiz. Kubuka baju pengantin bekas ini, kemudian aku lemparkan ke tempat sampah, dan mengganti bajuku dengan jeans dan kaos. Aku perlahan keluar dan mendapati ruang tamu yang telah kosong, hanya bersisa janur kuning yang masih segar.

Ku tatap dipojok ruangan dan mendapati ibu yang sedang menangis terisak. Aku mendekatinya dengan perasaan bersalah.

‘’ Bu, maafkan Nada yang telah menyakiti ibu.’’Ucapku yang langsung memeluknya. Ibu Nampak terkejut melihatku, dia kemudian buru-buru menghapus air matanya.

‘’Gak Nak, mungkin dia memang bukan jodohmu’’, Jawabnya pelan.

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

PELADI MAKARTI

PENDATAAN PELAKU USAHA/ UMKM DI KALURAHAN PUTAT