CERITA HOROR

Lian 27 Desember 2020 21:52:28 WIB

PLEASE SAVE ME (1)

 

“Pergi dengan wanita mana lagi kau?!” Suara wanita paruh baya yang melengking memekakkan telinga. Hari menjelang sore, Arya baru keluar dari kamarnya ketika mendapati pertengkaran orang tuanya.

Bagi pemuda berkulit pucat itu pemandangan seperti ini sudah terlalu biasa. Wahyu—ayahnya—hanya akan pulang beberapa hari sekali setelah tinggal bersama para wanita simpanannya secara bergilir. Drama keluarga akan dimulai saat Laras memaki pria paruh baya yang membawa bekas percintaan, seakan sengaja memamerkannya pada wanita yang berstatus sebagai istri sahnya.

“Ck, apa pedulimu? Bahkan aku tak pernah berkomentar saat kau menyewa pemuda umur 20-an, jadi berhenti mencampuri urusanku!” Balasan yang terlampau datar dari Wahyu menandakan ketidakharmonisan keluarga kecil Arya.

Dulu Arya kecil tak mengetahui bahwa keluarganya dibangun dari keuntungan semata. Pernikahan yang tak didasari cinta melahirkan ketidakadilan bagi Arya.

Pemuda pucat itu sudah tidak lagi berpikir polos, Arya menatap pertengkaran orang tuanya tanpa minat. Ia berjalan melewati ayah dan ibunya dengan santai seakan ia tak melihat apa pun. Ia sudah lama menulikan pendengarannya dan menutup mata dengan semua yang terjadi di rumah itu. Ia lelah, sering kali ia ingin lari dari rumah yang bahkan tak ada artinya bagi Arya, tak ada kehangatan apalagi kasih sayang.

Laras yang melihat Arya berlalu segera menghentikan anaknya. Ia menarik lengan Arya, memaksa pemuda 27 tahun itu berbalik, “Mau ke mana kamu?” Tentu saja Laras penasaran dengan gelagat Arya. Laras menatap anaknya dari ujung kaki hingga ujung rambut, pemuda itu mengenakan ripped jeans dipadu dengan hoodie hitam yang menyembunyikan kulit putihnya.

Profil samping tubuh ramping Arya terlihat menawan. Mata sipit yang hampir tertutup rambut sehitam jelaga itu menatap sang ibu dengan malas, “Itu bukan urusanmu, Ma!” Kalimat singkat namun cukup tajam meluncur dari mulutnya. Aura dingin yang diciptakan Arya membuat siapa saja akan berpikir dua kali untuk mengusiknya.

Dengan acuh ia berbalik hendak meneruskan langkahnya sebelum ia mendengar Laras berteriak padanya. “Arya, jangan seperti papa-mu yang tak tahu diri!!” Kalimat Laras mampu membuat pemuda pucat itu menoleh, ia hanya mengangkat sebelah alisnya untuk mendeskripsikan rasa terkejutnya.

“Oke, oke.” Arya memutuskan melenggang meninggalkan kediaman keluarganya. Ia berjalan santai, sebelah tangannya ia masukkan ke dalam saku sedangkan tangan yang lain melambai pada ibunya, menunjukkan betapa bebas kepribadiannya.

 

 

Bersambung

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

PELADI MAKARTI

PENDATAAN PELAKU USAHA/ UMKM DI KALURAHAN PUTAT