CERBUNG - STAY WITH YOU END

Lian 04 Februari 2020 11:42:42 WIB

32. Restu dan Janji

 

Dinta POV

Sore itu warna lembayung begitu dominan mewarnai langit senja. Aku duduk di teras depan menghadap halaman yang tak begitu luas itu. Memandangi bunga-bunga yang dirawat oleh ibu, nampak indah dan begitu menenangkan hati. Sangat cocok untukku yang masih dalam tahap pemulihan.

Kulihat Navy dan Ditya melewati pagar yang membingkai halaman rumahku yang sederhana. Aku ingat tadi siang ayah bilang kalau mereka akan datang.

“Gimana perasaanmu Din?” Tanya Navy yang terus berjalan mendekat.

“Lumayan Nav. Sudah bisa jalan, tapi gak boleh sembarangan gerak dulu,” jawabku.

“Aku bawa martabak nih,” kata Ditya sambil memperlihatkan kantung kresek warna putih yang dia bawa.

“Masuk yuk, lebih enak ngobrol di dalam. Jam segini banyak nyamuk cari makan soalnya,” ajakku.

Di ruang tamu yang kami tuju, ternyata ayah telah menunggu. Berbagai pertanyaan mulai muncul di pikiranku dan berputar-putar karena saking banyaknya.

“Duduklah, ada yang ingin om sampaikan pada kalian,” tiba-tiba ayah angkat bicara.

Spontan kami pun duduk. Rasa heran menyelimuti pikiran kami, dengan saling bertatapan satu sama lain mengisyaratkan kebingungan kami. Tapi tak satupun dari kami berani mengeluarkan suara. Sunyi, susana seketika menjadi tegang.

“Om tahu kalian anak baik. Terutama Navita yang sudah om kenal sejak dia masih bayi.” Suara ayah yang tiba-tiba itu telah memecah kesunyian. “Kalian anak baik, karena itu om mau minta tolong sama kalian,” tambahnya.

“Om mau minta tolong kalian untuk menjaga Dinta, kondisinya saat ini sudah tak memungkinkannya untuk melakuan segala sesuatu seperti dulu lagi. Tubuhnya saat ini rapuh. Mungkin banyak penyakit yang akan dia punya setelah operasi, tapi itu bisa dicegah dengan menjalani hidup sehat. Tolong awasi Dinta untuk om, karena dia itu anak yang ceroboh. Dan om mohon, kalian tetap berteman dengannya meskipun saat ini kondisi Dinta akan merepotkan.” Ini merupakan kata-kata ayah yang paling panjang. Dengan pandangan penuh harap, ayah menatap mereka berdua.

“Tanpa Om mimta pun, kami akan selalu menjadi teman baik Dinta. Bagi saya, Dinta sudah saya anggap adik sendiri. Dia bukan orang lain lagi bagi saya Om,” kata Navy dengan tatapan haru.

“Om menghargai itu Nav,” kata ayah lega.

“Bagi saya, Dinta adalah sosok yang amat penting Om, jadi izinkan saya berada didekat Dinta.... saya mohon Om.”  Kulihat Ditya memohon pada ayah. Aku harap ayah mau merestui hubungan kami.

Ayah nampak berpikir keras. Terdiam begitu lama lalu mengatakan, ”Apa kamu bisa menjamin kalau suatu saat kamu tak akan menyakiti hatinya? Dengan kondisi Dinta yang seperti ini, syok sedikit saja akan berakibat fatal baginya.”

Aku berganti memandang Ditya yang nampak sedang berpikir mengenai jawaban yang akan dia berikan. Dengan cermat dia menyusun kata yang akan ia ucapkan pada ayah.

“Saya tak bisa menjanjikan sesuatu yang begitu tinggi, Om. Tapi saya akan berusaha yang terbaik untuk membahagiakan Dinta. Mungkin saat ini jawaban saya bukanlah jawaban yang ingin Om dengar, karena saat ini saya masih belum pantas mengucapkannya. Tapi saya akan berusaha keras agar di masa depan saya bisa menjadi orang yang pantas mengatakan kalau selama hidupnya saya akan menjaga Dinta dengan baik.” Jawaban Ditya yang tegas itu menggugah hatiku untuk ikut membujuk ayah.

“Yah, Dinta janji, kalau nilai-nilai Dinta akantetap stabil. Dinta akan berusaha agar nilaiku bisa naik, jadi izinkan hubungan kami ini,” pintaku.

Dalam diam ayah berpikir mengeni keputusan yang akan dia ambil. Ayah bergeming. Tak sepatah katapun terucap olehnya. Aku menunggu keputusan ayah dengan putus asa.

“Om ingin saat ini tak ada kata pacaran. Lakukan itu setelah kalian lulus nanti.” Jawaban tegas ayah seperti keajaiban bagiku. “Om mau kalian lulus dulu. Setelah itu, terserah kalian. Dan Dinta, ingat janji yang kamu ucapkan tadi. Tak ada kesempatan kedua setelah ini. Ayah ingin kalian menunjukan yang terbaik.”

Keputusan ayah bagaikan air hujan yang menghapuskan rasa haus tanah yang kering di musim kemarau. Sungguh keputus yang selama ini hanya bisa aku imajinasikan dalam pikiranku saja, tapi kini itu adalah kenyataan. “Setidaknya ayah merestui aku menjalin hubungan dengan Ditya, walau itu masih di masa depan,” pikirku.

Percakapan yang panjang ini akhirnya mencapai final. Jam dinding menunjukkan pukul belapan, malam semakin larut. Navy dan Ditya pamit undur diri.

Aku mengantar mereka sampai halaman depan. Navy berjalan jauh di depan kami, sepertinya dia mencoba memberi ruang pada aku dan Ditya agar dapat berduaan. Tiba-tiba Ditya berhenti tepat di tengah halaman. Spontan aku pun ikut berhenti lalu berbalik menghadap adanya.

Kupandangi wajahnya sambil tersenyum, lalu aku berkata, “sekarang kamu lebih tinggi dariku Dit.”

Dia hanya tertawa kecil. “Akhirnya aku bisa meraihmu,” katanya sambil mengelus pipiku dengan tangannya yang kurus itu.

“Mmm,” hanya itu yang bisa aku suarakan, menandakan setuju padanya. Aku tak bisa berkata, pikiranku terasa penuh. Hanya ekspresi bahagia ini yang sanggup aku tunjukan padanya.

“Ini baru awal bagi kita. Dinta, kisah kita baru akan dimulai dari sekarang.” Ditya nampak lega saat dia mengucapkan kata itu.

“Aku harap kita dapat terus bersama sampai maut memisahkan kita,” imbuhku melengkapi kata yang diucapkan Ditya.

Dengan lembut dia merengkuh tubuhku, begitu hangat saat aku ada di pelukannya. Dia memelukku sambil mengusap kepalaku, lalu membelai rambutku yang terurai panjang.

Bintang-bintang malam itu bertabur begitu indah di malam yang gelap tanpa sang bulan di sana. Dengan lirih Ditya berbisik di telingaku, “Aku bahagia bersamamu, mulai dari sekarang mari ciptakan lebih banyak lagi kebahagian. Karena itu jangan meningalkanku terlalu cepat.”

***

 

Selesai

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

PELADI MAKARTI

PENDATAAN PELAKU USAHA/ UMKM DI KALURAHAN PUTAT