CERBUNG - STAY WITH YOU

Lian 04 Februari 2020 11:37:21 WIB

29. Menangis?

 

Dinta POV

Satu minggu yang lalu aku terbangun dari komaku. Kebahagiaan orang di sekitarku seperti melihatku bangkit dari kematian. Ketika aku membuka mataku mereka memelukku dengan rasa tak percaya karena aku dapat bertahan hidup setelah beberapa hari dalam keadaan koma.

Navy menceritakan padaku bahwa jantungku sempat berhenti beberapa saat dan membuat mereka kalang-kabut karena panik. Aku mendengarkan Navy yang sedang menceritakan rentetetan kejadian saat aku dalam kondisi kritis.

“Kalau kamu lihat Ditya menangis dan meronta-ronta waktu om menghalanginya mendekatimu, sumpah.... waktu itu benar-benar sesuatu banget,” kata Navy sambil nyengir.

“Memangnya ada kejadian seperti itu ya?” Tanyaku pada Navy.

“Tentu saja ada! Kejadiannya waktu jantungmu sempat berhenti berdenyut beberapa detik. Saat itu Ditya menangis sambil memanggil-manggil namamu, om menghalanginya mendekatimu agar tak mengganggu dokter yang sedang berusaha membuat jantungmu kembali berdenyut.”

“Kayaknya sulit kubayangkan Ditya dan ayah dalam posisi seperti itu,” kataku sambil tertawa kecil.

“Waktu itu Ditya lucu banget tau. Aku sempat berpikir kalau dia itu cengeng banget,” katanya sambil terkekeh.

“Ok ok, aku memang lucu dari sononya,” kata Ditya yang baru datang. “Gimana keadaanmu saat ini Din?” Tanyanya sambil menutup pintu ruangan kami berada.

“Masih sedikit nyeri di bagian yang dioperasi kemarin,” kataku sambil nyengir menahan sakit.

“Nih aku bawakan jus apel kesukaanmu.”

“Hei hei, bagianku mana Dit?” Tanya Navy.

“Kamu kan sehat Nav. Aku bawain buat yang sakit nih,” balas Ditya.

“Dit, kamu tuh baik cuma sama Dinta aja ya?” Navy kembali bertanya dengan nada sedikit potes.

“Sudahlah, kalian jangan ribut dong. Ini di rumah sakit lho,” kataku lirih sambil menahan sakit karena luka operasiku. Aku berusaha menenangkan mereka yang semakin ribut.

“Fine, karena pasiennya yang minta kita berhenti, sementara kita gencatan senjata dulu Dit.” Navy sambil berpura-pura pasang muka serius.

“Ok, fine.” Balas Ditya dengan tanggapnya.

Akhirnya mereka bisa tenang. Selama satu minggu ini mereka yang bergantian berjaga, menemaniku di rumah sakit. Katanya mereka ingin menemaniku selagi masih liburan, mereka juga sengaja melakukan itu agar ayah dan ibuku bisa pulang ke rumah untuk beristirahat. Aku tahu ayah dan ibu sangat lelah saat ini, karena itu aku tak protes sedikitpun.

“Well, karena Ditya sudah di sini, aku pamit dulu ya. Aku belum ngerjain tugas bahasa Indonesia yang dikasih Bu Guru. Bentar lagi kan liburannya selesai,” kata Navy.

“Ok, hati-hati ya Nav.” Kata Ditya sumringah, tangan kanannya melambai-lambai pada Navy yang berjalan ke arah pintu, sedangkan tangan yang lain merangkul bahuku.

“Hei, tuh tangan turunin gak. Ingat ya, om belum merestui kalian. Jadi jangan macam-macam ya!” serunya agak jengkel. “Oh iya, besok pagi katanya teman-teman mau ke sini menjenguk kamu Din. Jadi biar Ditya jagain kamu malam ini, soalnya besok aku mau memandu mereka,” tambahnya sambil berlalu dan menghilang di balik pintu.

***

 

Bersambung....

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

PELADI MAKARTI

PENDATAAN PELAKU USAHA/ UMKM DI KALURAHAN PUTAT