CERBUNG - STAY WITH YOU

Lian 28 Januari 2020 12:36:37 WIB

23. Koma

 

Navy POV

Saat ini kami hanya bisa terus berharap agar Ardinta segera membuka matanya. Satu-per satu kami masuk ruang ICU untuk menemani Ardinta yang sedang terbaring tak berdaya dengan berbagai alat medis yang terpasang di tubuhnya untuk menopang kehidupannya saat ini.

“Din, cepatlah bangun. Ini sudah tiga hari lho setelah operasimu,” kataku padanya sambil menggenggam tangannya yang terpasang selang infus di sana. “Ditya sedang menunggumu membalas perasannya,” imbuhku. Setelah mengucapkan kata-kata itu aku jadi teringat sesuatu. Aku bergegas keluar dari ruangan itu dan menemui ayah Ardinta.

“Om, mungkin kita punya kesempatan untuk membangunkan Dinta,” kataku saat aku sampai di depan ayah dan ibu Ardinya.

“Apapun itu akan om lakukan, asalkan Ardinta bisa bangun dari tidurnya itu dan kembali ke sisi kita,” jawab om dengan tegas namun penuh harapan yang tersirat.

“Ditya, Om. Dia cowok yang naksir Dinta, dan sepertinya Dinta juga punya perasaan suka dengannya. Belum lama ini Ditya menyatakan perasaan pada Dinta, tapi karena berbagai hal Dinta tak bisa menjawab perasaan anak itu. Dia meminta Ditya menunggu jawabannya,” ceritaku pada ayah Ardinta. Saat itu aku melihatnya mulai gelisah dan tak percaya, namun aku langsung berkata, “Dinta pernah mengatakan bahwa Ditya bisa jadi semangat untuknya dalam berjuang saat operasi nanti dan menjadi salah satu alasanku bertahan hidup.”

“Apa Dinta pernah mengatakan hal seperti itu?” Tante yang semakin kurus itu mulai bertanya dengan penasarannya.

“Pernah Tante, sebenarnya Dinta mengalami dilema saat itu. Dia bingung untuk mengatasi perasaannya pada Ditya dan kewajibannya sebagai seorang anak yang harus memenuhi harapan orang tuanya,” kulihat ibu Dinta menangis terisak-isak. “Tapi Dinta sangat bahagia saat menjalani kehidupannya di sekolah, mungkin itu karena Ditya selalu ada di sekitarnya. Dia menjalani hari-harinya tanpa melupakan senyum yang mengembang di wajahnya,” imbuhku untuk menenangkan tangis ibu Dinta yang semakin menjadi.

“Jadi ada kejadian seperti itu? Sepertinya kita terlalu menekan Dinta dengan semua tuntutan yang kita berikan padanya Bu,” terdengar dari suara om begitu menyesal saat mengatakan kata-kata itu.

“Benar Pak. Kita sepertinya tak memberi ruang pada Dinta untuk bergerak sesuai kemauannya,” tante terlihat begitu menyesal.

“Apa sebaiknya kita memanggil Ditya ke sini, Om? Mungkit dengan mendengar suaranya, Dinta punya kemauan lebih untuk bangkit,” usulku.

“Sepertinya lebih baik kita coba, dari pada tidak sama sekali. Nav, tolong temui Nak Ditya dan jelaskan padanya mengenai keadaan Dinta saat ini.”

“Siap Om. Kalau gitu saya langsung pamit saja, mau ke rumah Ditya. Mungkin nanti sore saya balik ke sini lagi.” Setelah berpamitan aku langsung meluncur ke rumah Ditya dengan menggunakan Pespa kesayanganku. “Aku harap Ditya bisa mengerti situasi saat ini,” gumamku.

***

 

Bersambung....

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

PELADI MAKARTI

PENDATAAN PELAKU USAHA/ UMKM DI KALURAHAN PUTAT