CERBUNG - STAY WITH YOU

Lian 14 Januari 2020 11:42:30 WIB

19. Check Up

 

“Cit cit cit” aku mendengar kicau burung-burung yang bebas bertengger di ranting pohon mangga yang ada di luar kamarku. Kicauan mereka yang meriah itu membangunkanku dari tidurku. Dengan malas kuangkat kepalaku dari bantal yang seakan-akan terus merayuku untuk terus memeluknya.

“Hooawaammmm, ini masih terlalu pagi. Malasnya. Aku masih pingin tidur,” gumamku saat melirik jendela kamarku.

“Din, cepat bangun, ayo kita sarapan. Bapak sudah menunggu di ruang makan,” ibu memanggilku dari balik pintu kamarku.

Dengan malas aku pun bangkit dari tempat tidurku. Aku berjalan ke kamar mandi untuk gosok gigi dan cuci muka lalu bergegas ke ruang makan. Di atas meja kulihat telah tersedia nasi goreng dengan telur mata sapi dan segelas susu coklat kesukaanku sebagai menu sarapan kali ini.

“Tumben pagi banget udah sarapan? Ini kan baru jam setengah enam,” protesku karena terlalu pagi ibu membangunkanku.

“Hari ini kami izin tidak masuk sekolah saja, nanti biar ibumu menghubungi pihak sekolah,” kata ayah saat aku hendak duduk untuk menikmati sarapanku.

“Lho kenapa Yah? Padahal sebentar lagi ujian, aku gak mau bolos,” protesku

“Bapak kemarin sudah membuat janji dengan Dokter Risa kalau hari ini akan konsultasi tentang kondisimu,” kata ibu menjelaskan padaku.

Ahh jadi begitu? Mungkin ini adalah kesempatanku untuk mengatakan keputusanku. “Memangnya jam berapa Yah?” tanyaku.

“Sekitar jam sembilan, tapi kita akan berangkat lebih awal. Nanti kamu harus ikuti pemeriksaan dulu,” jawab ayah tegas.

Dalam sunyi kami melanjutkan sarapan. Tanpa percakapan, suasana terasa berat dan canggung. Setiap menitnya terasa sangat lama bagiku. Aku mulai menyusun kata yang akan kusampaikan pada ayah dan dokter nanti. Mengumpulkan semua keberanian untuk mengungkapkan keputusanku yang telah bulat.

Hari ini begitu panas. Sang mentari tersenyum begitu terik, membuatku berkeringat walau belum lama aku berada di luar rumah. Aku dan ayah bersiap ke rumah sakit tempat Dokter Risa praktek saat ini. Dengan Mio milik ayah, kami melaju menuju ke sana.

Sesampainya di rumah sakit tersebut aku dan ayah menuju keruangan pemeriksaan. Di sana aku mengantri untuk periksaan karena begitu banyaknya pasien. Beberapa pasien telah dipanggil, “ahh masih panjang” pikirku, tapi aku begitu dikagetkan saat namaku dipanggi. Aku bertanya-tanya kenapa aku dipanggil duluan, lalu aku teringat mengenai ayah yang telah membuat janji pemerikasaan untukku.

Aku melangkah pelan memasuki ruang pemeriksaan. Di dalam aku melakukan tes tekanan darah, USG, X-ray dan berbagai pemerikasan lainnya. Sungguh pemeriksaan yang panjang, tapi aku harus melalui ini.

“Din, setelah ini kita langsung ke ruangan Dokter Risa,” kata ayah padaku.

Aku mulai deg-degan, bagaimana nanti kalau apa yang aku sampaikan tidak disetujui ayah? Karena untuk melakukan operasi membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Setelah pemeriksaan ini aku meninggalkan ruangan itu bersama ayah. Kami berjalan menuju ke ruangan Dokter Risa, jantungku semakin berdetak dengan cepatnya.

“Tok tok tok” ayah mengetuk pintu ruangan Dokter Risa. Perlahan ia membuka pintu ruangan yang tepat ada di depannya. Di ruangan itu aku melihat Dokter Risa telah menantikan kedatangan kami.

“Halo Ardinta, bagaimana kondisimu sampai saat ini?” Dokter bertanya dengan suara yang lembut.

“Tidak banyak perkembangan Dok,” jawabku singkat sambil berusaha sidikit mengembangkan senyuman di wajahku.

“Beberapa waktu yang lalu sepertinya Dinta hampir pingsan di sekolah lagi Dok,” sahut ayah. “Sepertinya belum ada perkembangan yang baik, malahan semakin memburuk,” tambahnya.

“Mungkin itu karena banyaknya kegiatan yang ia kerjakan atau karena banyak beban pikiran yang ditanggungnya,” jawab Dokter Risa. ”Saya telah menerima hasil pemeriksaan Dinta, dan memang selama beberapa bulan ini tidak terjadi perkembangan yang cukup baik.”

Sejenak Dokter Risa terdiam, seperti sedang menyusun kata-kata untuk memjelaskan hasil pemeriksaan yang telah berada di tangannya itu pada kami. Sempat kulihat beberapa kali ia menghela napas. “Apa kondisiku separah itu? Sampai Dokter Risa sendiri sampai seperti itu,” kataku dalam hati hingga kudengar suara lembut Dokter Risa menarikku kembali ke pikiran rasionalku lagi.

“Dalam kondisi seperti ini biasanya saya lebih menganjurkan untuk melakukan operasi,” dokter mulai mengutarakan pendapatnya. “Sebelum semakin parah dan kondisi fisik Dinta semakin melemah, kita harus segera melakukan operasi,”sambungnya.

“Apakah dengan operasi ini benar-benar bisa menyembuhkan penyakit anak saya secara tuntas?” Tanya ayah semakin penasaran.

“Tentu saja tidak Pak. Tidak ada jaminan operasi ini seratus persen akan berhasil. Semua tegantung dengan tekad yang Dinta punya dan kondisi fisiknya. Kita juga harus waspada dengan resiko penyakit yang biasanya muncul setelah operasi itu.”

“Tidak apa-apa Dok, setidaknya saya harus melakukan sesuatu untuk kesembuhan saya,” sahutku memotong perkataan Dokter Risa. “Bukannya saya tak perduli dengan resiko dari operasi ini, tapi tak ada cara lain lagi untuk menyembuhkanku selain operasi ini,” imbuhku.

“Iya, memang demikian. Kalau kamu menjalani cara hidup sehat, mungkin bisa sedikit membantumu. Tapi itu tidak menyembuhkan secara total,” kata dokter.

”Karena itu saya memutuskan menjalani operasi ini, apapun resikonya. Tapi izinkan saya mengikuti ujian semester terlebih dahulu,” pintaku. “Saya tak mau ketinggalan satu moment saja mengenai sekolah.”

“Baiklah kalau kamu memang sudah bertekad seperti itu. Sampai waktunya tiba, akan saya usahakan metode yang terbaik untuk mengatasi timbulnya penyakit lain setelah operasi. Sebagai gantinya, kamu harus berjuang untuk tetap hidup saat operas nanti!” Dokter Risa memberikan janjinya untuk membantuku.

***

 

Bersambung....

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

PELADI MAKARTI

PENDATAAN PELAKU USAHA/ UMKM DI KALURAHAN PUTAT