CERBUNG - STAY WITH YOU

Lian 14 Januari 2020 11:39:52 WIB

17. Sayang

 

“Operasi?” Tanya Navy.

“Ya, operasi. Itupun tidak ada jaminan akan berhasil. Semua tergantung kondisi fisik Ardinta dan kekuatan mentalnya. Kalau operasi gagal, kematian yang akan menunggu Dinta,” jawab perawat itu.

“Karena itu aku bingung. Sampai saat ini pun orang tuaku masih terus konsultasi dengan dokter spesialis untuk mencari solusi terbaik,” sahutku.

Navy nampak kebingungan. Dia terlihat begitu tertekan dalam situasi seperti ini. Sepatah katapun tak berani kuucapkan disaat seperti ini. Suasana terasa canggung, aku ragu bahwa Navy akan bersikap normal seperti biasanya.

“Ya udah, kamu rebahan dulu. Aku mau cari Ditya dan yang lainnya dulu. Nanti kita minta tolong sama mereka buat nganterin kamu pulang.” Suara Navy yang berat itu telah memecah keheningan suasana di ruangan sempit ini.

Aku melihatnya berbalik ke arah pintu, aku spontan menarik ujung lengan bajunya begitu saja. “Jangan bilang-bilang mengenai hal ini sama yang lain. Jangan sekarang, terutama Ditya.” Pintaku pada Navy. Dia hanya menjawab dengan mengangukan kepalanya singkat.

Aku berbaring di ranjang UKS degan kasur ukuran single, satu bantal dan selimut berwarna putih dengan garis hijau pudar. Aku merasa udara semakin dingin. Kutarik selimut yang ada dan mencoba untuk tidur. Perlahan kelopak mataku terasa semakin berat hingga ada seseorang yang membuka pintu UKS yang tertutup itu. Di ruangan dengan cahaya lampu yang redup, dengan setengah mengantuk  aku melihat Ditya berjalan menuju ranjang tempatku berbaring. Dia menarik kuris dan duduk di sebelah tempatku berbaring. Setengah sadar, aku melihatnya membetulkan selimutku yang tidak menutupi seluruh badanku. Begitu perhatian dan sabarnya dia menjagaku saat dia tahu aku terlelap.

Perlahan-lahan aku membuka mataku, menyesuaikan diri dengan cahaya remang di ruangan sempit tempat aku dan Ditya berada. Aku melihat Ditya menyandarkan kepalanya di ranjang. Dia tertidur dengan lelap, sepertinya ia kelelahan. Perlahan kusentuh tangannya yang lunglai di atas ranjang. “Ahh, hangat,” pikirku saat kurasakan hangat tubuh Ditya, sentak saja dia bangun dan kebingungan.

“Ahh, maaf Din, aku ketiduran.” Ditya bangun sambil mengusap kedua matanya.

“Kalau kamu lelah, mending tidur lagi. Atau kamu gantian tidur di ranjang, biar aku yang duduk di situ,” kataku padanya sambil mencoba tersenyum.

“Gak mau, yang sakit kan kamu,” jawabnya tanpa pikir panjang. “Kamu aja yang istirahat lagi, jangan sampai tambah sakit,” tambahnya sambil mengusap rambut ikal panjangku yang terurai. Dia memperlakukanku seperti orang yang paling berharga baginya.

Aku seperti ingin terus bertahan dalam suasana seperti ini, menyenangkan. Hatiku terasa hangat, aku merasakan kasih sayang yang penuh perhatian saat Ditya menyentuh rambutku. Wajahku terasa panas, jantungku berdetak semakin kencang. “Gawat, ini gak bagus untuk jantungku!” kataku dalam hati. Reflek saja kutarik selimut yang menutupi kedua kakiku, lalu kembali tidur.

 

Bersambung....

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

PELADI MAKARTI

PENDATAAN PELAKU USAHA/ UMKM DI KALURAHAN PUTAT