CERBUNG - STAY WITH YOU

Lian 13 Januari 2020 11:01:29 WIB

14. Perasaan

 

Libur semester gasal telah usai, aku masuk sebagai siswa Kelas XI tentunya. Berbagai kesibukan di sekolah telah menantiku. Rentetan acara yang akan diselenggarakan oleh pihak sekolah dalam rangka memperingati hari berdirinya SMA Wijaya yang ke-49. Pihak sekolah mengadakan berbagai macam lomba seperi cerdas cermat, menulis puisi, mading, volly, basket, sampai lomba tata boga juga ada. Pemenang dari masing-masing bidang akan diumumkan ketikan pentas seni yang diselenggarakan sebagai acara puncak sekaligus penutup event tersebut. Tentunya pemenang lomba akan mendapat hadiah sebagai apresiasi dari hasil kerja mereka.

Pengurus OSIS disibukkan dengan berbagai persiapan untuk acara tersebut, namun otakku masih terbelenggu dalam pikiran tentang aku yang ingin operasi atau tidak. Terlebih lagi aku belum menceritakan pada Navy mengenai penyakitku ini. Ahh, dia pasti sedih banget. Bukannya aku menyembunyikan hal ini darinya, tapi aku gak tahu cara menyampaikan padanya.

Aku belum cukup mental untuk memberi tahu Navy bahwa umurku sudah tak lama lagi. Apa kematian itu damai seperti yang dipikirkan orang-orang? Aku takut. Takut karena masih banyak yang ingin aku lakukan. Takut meninggalkan orang-orang di sekitarku. Takut sendirian di alam sana.

Tengelam dalam pikiran kalutku, aku dikagetkan oleh sosok yang begitu aku kenal, Ditya. Dia berjalan menghampiriku yang sedang mempersiapkan soal cerdas cermat dari Guru Sejarah. Menyusun lembaran soal tersebut tepatnya.

“Hai Din, lagi ngapain?” Dia menyapaku dengan riang seperti biasanya.

“Ini lho, tadi Bu Tari minta tolong padaku buat nyusun lembaran soal yang mau dipakai lomba cerdas cermat besok,” jawabku sambil sibuk menyusun tiap lembaran itu.

Ditya menarik kursi yang tersedia di perpustakaan yang dipenuhi rak buku itu. Dia duduk di sebelahku dan mengambil beberapa lembar soal di atas meja yang tepat di depanku. “Ini sih soal Sejarah semua,” serunya. Suara seraknya itu terdengar lantang di dalam ruangan yang hanya ada kami berdua.

“Ya iyalah, tema cerdas cermatnya nanti kan mengenai sejarah Indonesia,” responku pada kekagetan Ditya itu. “Hal itu kan sudah disampaikan waktu OSIS rapat sama pihak sekolah. Masak kamu gak dengerin,” tambahku.

“Hehehehe, waktu itu aku kan sibuk memperhatikanmu,” dia mulai kebiasaannya menggodaku.

“Halo.... saat itu banyak hal penting yang disampaikan pada forum, Mas. Bukannya dengerin hasil rapat, malah ngapain perhatiin muka orang lain.”

“Hahahaha.” Dia tertawa dan berkata, ”habisnya ekspresimu lebih menarik dari hasil rapat.”

“Ini anak bagaimana nasibnya saat aku gak ada nanti?” begitulah yang aku pikirkan tiap bersamanya seperti ini. Aku berpikir apa dia masih bisa tetap ceria seperti sekarang ini. Tapi kuharap dia tidak terlalu terluka saat menghadapi kepergianku kelak.

* * *

Bersambung....

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

PELADI MAKARTI

PENDATAAN PELAKU USAHA/ UMKM DI KALURAHAN PUTAT