CERBUNG - STAY WITH YOU

Lian 13 Januari 2020 10:59:58 WIB

13. Peluang

 

Pagi itu aku melihat ayah dan ibu pergi keluar rumah. Aku tahu mereka hendak menemui Dokter Risa, dokter yang memeriksaku dan menemukan penyakitku ini namun aku berpura-pura tidak mengetahui maksud dan tujuan mereka pergi saat itu.

“Loh, Ayah sama Ibu mau kemana pagi-pagi gini? Kok gak biasanya pergi bareng gitu?” tanyaku sambil tersenyum.

“Ahh, anu... anu...” rasa kaget sekaligus cemas nampak tersirat di wajah ibu.

“Kami mau kerumah teman SMA kami dulu. Dia sedang ada acara hajatan, jadi dia mengundang kami untuk datang,” tampak jelas di mataku bahwa saat itu ayah sedang berbohong.

Hatiku terasa sakit, entah kenapa aku merasa sedikit kecewa dengan mereka. Aku kecewa karena mereka menyembunyikan kekawatiran yang mereka rasakan itu. “Tidakkah mereka memberi sedikit rasa percaya padaku? Tak selamanya aku akan menjadi anak kecil. Aku ingin mereka lebih jujur padaku, membicarakan segala permasalahan ini bersama-sama. Aku tak mau menjadi satu-satunya orang yang tak tahu apa-apa. Rasanya menyakitkan, seperti sedang diasingkan.”

“Ohh gitu, ya udah. Selamat jalan. Hati-hati di jalan ya. Jangan lupa bawain oleh-oleh dari sana,” aku mencoba merespon dengan candaan dan senyuman.

“Iya iya,” ibu mulai bisa berbicara dengan sedikit ekspresi senyuman menghiasi wajahnya.

“Ahh lega rasanya melihat ibu bisa terlihat lega. Apa mereka tak tahu kalau kebohongan mereka sudah ketahuan?” Pikiranku mulai berputar-putar di kepalaku. Sambil terus menatap kepergian mereka, aku mulai memikirkan cara untuk mencari jalan keluar dari cobaan ini.

 Aku mulai melangkahkan kakiku menuju ruang tamu, disaat itulah aku teringat dengan Androidku. Aku meraba-raba saku celanaku. Celana pendek berwarna biru muda, berharap benda kotak tipis itu ketemu. “Ahh, kok gak ada? Dimana ya?” Aku mulai panik karena bedaku yang satu itu tak ada di saku celanaku. Langkah kakiku mulai kupercepat menuju kamarku. Dengan tergesa-gesa aku membuka pintu kamar, di sana aku bisa melihat Androidku tergeletak di atas meja.

Perlahan mulai kutekan layar Androidku,  aku membuka aplikasi Google untuk browsing mengenai ‘jantung koroner’. Mulai kubaca dengan cermat hasil browsing-ku, dari sana aku tahu bahwa penyakitku ini bisa diatasi dengan menjalani hidup sehat. Tapi cara itu tak dapat menyembuhkan secara total, hanya mengurangi sedikit penyumbatan pada arteri saja. Rasa putus asa mulai menjalar padaku, dengan lemas aku masih mencari artikel-artikel yang terkait. Hampir semua artikel berisi pernyataan yang sama hingga aku membuka satu artikel mengenai operasi yang dilakukan untuk penyembuhan jantung koroner.

Titik terang tiba-tiba menyelinap di antara rongga-rongga mendung yang sedang menyelimuti pikiranku. Tentu saja solusi itu bukan tanpa resiko. Selain biaya operasinya yang mahal, tingkat keberhasilannya juga sangat rendah. Belum lagi efek samping yang sering muncul pasca operasi. Tapi ini adalah satu-satunya jalan keluar agar aku bisa sembuh.

* * *

Bersambung....

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

PELADI MAKARTI

PENDATAAN PELAKU USAHA/ UMKM DI KALURAHAN PUTAT