CERBUNG - STAY WITH YOU
Lian 13 Januari 2020 10:58:27 WIB
12. Menghadapi Kenyataan
Dua bulan telah berlalu begitu saja setelah kejadian aku pingsan di sekolah. Saat itu ayah langsung membawaku ke dokter spesialis penyakit dalam. Di sana, dokter melakukan berbagai cek kesehatan padaku.
Berdasarkan diagnosa dari dokter tersebut, aku menderita jantung koroner. “Ahh apalagi ini? Apa aku bakalan mati karena penyakit ini? Berapa tahun lagi waktu yang aku punya sebelum hal itu terjadi? Apa aku tak bisa pulih seperti dulu?” Begitu banyak pertanyaan yang ada di benakku sejak saat itu, tapi tak satupun yang bisa terucap dari mulutku.
Aku tak sanggup bertanya apalagi berkomentar tentang penyakitku di depan ayah maupun ibu, apalagi kalau sampai mengeluh. Aku tak sampai hati kalau sampai mereka menjadi tambah terbebani dengan kondisiku sekarang.
“Tuhan, apakah ada jalan keluar agar kondisiku bisa sembuh total?” Gumamku lirih saat aku menuju ruang keluarga.
Dari balik pintu ruang keluarga, aku mendengar suara ayah dan ibu yang sedang ngobrol. Samar-samar aku mendengar percaapan mereka tentang kondisi kesehatanku.
“Bu, bagaimana perkembangan kesehatan Dinta? Apakah mulai membaik?” Ayah bertanya pada ibu yang selalu terlihat murung setelah mendengar diagnosa dokter tentang penyakitku.
“Belum ada perkembangan yang baik Pak.”
“Sepertinya kita harus cari jalan lain untuk pengobatan Dinta. Obat-obatan dari dokter tidak memberi dampak yang nyata bagi kesembuhan Dinta.”
“Benar Pak, dalam dua bulan ini Dinta sudah pingsan tiga kali. Tapi.... tapi dia sama sekali tidak mengeluh tentang penyakitnya itu.” Air mata ibu mulai terurai dari kedua ujung matanya. Aku tahu ibu seperti itu karena memikirkanku, tapi aku tak ingin melihatnya seperti ini. Pada akhirnya, yang bisa kulakukan hanyalah mencoba tersenyum. Sesakit apapun penyakit ini menggerogoti tubuhku, yang bisa kulakukan hanyalah tersenyum. Setidaknya hal tersebut bisa sedikit meringankan rasa tertekan yang dirasakan oleh ibu.
“Bu, bagaimana kalau besok siang kita konsultasi dengan dokter? Mungkin ada cara menyembuhkan penyakit Dinta.”
“Ahh, benar juga ya Pak. Mudah-mudahan ada cara yang lebih efektif untuk meyembuhkan jantung Dinta,” kata ibu sambil menyeka air matanya. Sepertiya tersirat harapan dari mata ibu, meski sangat kecil.
“Setidaknya ibu sudah bisa keluar dari rasa putus asanya,” pikirku. Yah apa boleh buat, aku tak boleh menyerah begitu saja pada penyakitku ini. Aku tak ingin menyerah pada keadaan seperti ini, walau misalnya hanya ada nol koma satu persen kesempatanku untuk bisa bertahan hidup. Aku ingin memperjuangkan nol koma satu persen kesempatan yang aku miliki itu agar aku bisa sembuh. Karena jika aku mati, mereka yang aku tinggalkan pasti akan bersedih. “Ahh, apa Ditya juga akan menangisiku ya?” tiba-tiba saja pertanyaan itu terlintas di pikiranku. Pikiran itu membuatku takut. Takut kalau seandainya aku pergi meninggalkannya untuk selamanya.
* * *
Bersambung....
Formulir Penulisan Komentar
Pencarian
Komentar Terkini
Statistik Kunjungan
Hari ini | |
Kemarin | |
Pengunjung |
- HARI TERAKHIR PELATIHAN BAHASA JEPANG GRATIS DI KALURAHAN PUTAT
- KOORDINASI BPN TERKAIT PTSL KALURAHAN PUTAT
- BANK SAMPAH PADUKUHAN BATUR
- BIMTEK KPPS KALURAHAN PUTAT
- PANENAN PERDANA LAHAN KETAHANAN PANGAN
- KAPANEWON PATUK LAKSANAN MONEV REALISASI KERJA PROGRAM KEGIATAN PEMERINTAH KALURAHAN PUTAT
- POSYANDU REMAJA PADUKUHAN BATUR