HOBI MENYALAHKAN TUHAN MENGHAMBAT KEMAJUAN_PEMBANGUNAN

KALURAHAN PUTAT 11 September 2016 21:46:41 WIB


Sugeng ndalu poro pejuang – pejuang desa yang visioner,
Salam membangun desa

Pagi tadi, seorang bapak usia 65an singgah ke rumah, dari permulaan basa – basi mengalir hingga ke kondisi beliau menitikkan bulir – bulir kepedihan seorang bapak atas kondisi usaha dan perekonomian sang anak. Beliau mendaulat saya untuk ikut mengadukan nasib sang anak kepada Tuhan. Lebih banyak mengeluh memang, dan ketika saya coba sodorkan kamus evaluasi dan instropeksi diri, beliau merespon dengan beberapa kalimat ulas balik mundur ke masa – masa lalu yang beliau alami. Ketika saya rangkum si bapak kurang lebih punya pemikiran seperti ini ;


“TUHAN, APA SALAH SAYA? KEBURUKAN FATAL APA YANG ENGKAU BENCI SEHINGGA ENGKAU MEMBERIKAN KARMA SEBERAT INI? MOBIL ANAK SAYA HABIS, SAPI TERNAK SEISI KANDANG MUSNAH TERJUAL, TANAH DAN PEKARANGAN TERGADAIKAN, ANAK SAYA PUN KINI ENTAH DIMANA.. TUHAN, KIRANYA ENGKAU TIDAK MEMBERIKU BEBAN MELEBIHI PUNDAKKU!!


Pejuang – pejuang desa yang kami banggakan,
Masyarakat yang kami sayangi,

Barangkali inilah letak kesalahan kita yang berulang – ulang dan tidak tersadari, kita begitu kekang memonopoli doa, kapitalisasi keinginan, mempersempit pelukan – pelukan Allah SWT, membatasi nikmat – nikmat Tuhan, hanya memperhatikan apa yang ternampak oleh pinggiran mata, kurang begitu menghargai kegiatan masa lalu (sejarah) dan mengedepankan kacamata yang visioner.
Kita lupa, bahwa ditelisik – telisik doa kita yang terdahulu, atau di rintih – rintih pengharapan yang selalu kita pohonkan, atau diantara mengerucutnya tengadah, mungkin muncul pinta seperti ini ;


“ YA RAB, TINGGIKANLAH DERAJAT MARTABAT KELUARGAKU, LANCARKANLAH RIZQI ANAKKU DAN KELUARGAKU, MAMPUKANLAH AKU!!”


Sahabat pejuang desa yang kami cintai..
Masyarakat yang dilindungi Allah..

Pelaut ulung tidak muncul dari ombak yang biasa – biasa saja..
Minyak Gaharu berkualitas yang harganya milyaran tidak akan terbentuk dari batang pohon yang hanya ditoreh menggunakan pisau dapur saja,..
Maka…marilah kita kembali menata mozaik – mozaik bayangan pada cermin.
Berbaik sangka adalah bijak, termasuk yang terjadi hari ini, barangkali inilah jawaban dari doa – doa peningkatan derajat yang dulu pernah kita pintakan..
Agama bukan mesin cetak resi yang ketika kita tekan tombol perintah lalu serta merta mengeluarkan bukti transaksi.
Adalah Allah SWT hak dengan ketentuan dan cara – cara-Nya, waktu – waktu terbaik-Nya, termasuk tidak akan menukar apapun tentang hamba-Nya.
Mari menjadi pribadi yang pandai bersyukur, menghargai alam yang jujur, menjadi masyarakat yang berkekuatan bathin, tidak mudah menyalahkan Tuhan,.
SEMOGA..AAMIIN (Agus Rianto)

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

PELADI MAKARTI

PENDATAAN PELAKU USAHA/ UMKM DI KALURAHAN PUTAT