AGAMA MENGENDAP DI PENCERNAAN

KALURAHAN PUTAT 11 September 2016 21:36:29 WIB

Assalamualaikum wr. Wb

 

Pembaca Rahimakumullah...

Di sesi ini, saya akan bahas mengenai edukasi bathin/psikis/sosial ; atau lebih mengarah pada pendidikan bersyukur di dalam masyarakat.

Di tiap – tiap majlis dan kesempatan, kita selalu berusaha membalut akal pikir jamaah untuk selalu berada di satu garis imajiner kepercayaan kepada Tuhan.

Kita gunakan daya upaya maksimal dengan mengumpul hadist, dalil, fatwa, referensi, testimoni untuk menggiring jamaah agar senantiasa tunduk mengeja nikmat – nikmat Allah SWT…

Bahkan, kita tidak sadar mengklaim diri kita menjadi hakim pengadil utusan Allah SWT dengan menakut – nakuti jamaah dengan membeberkan sangsi – sangsi juga hukuman – hukuman Allah SWT jika ada jamaah yang ingkar syukur..

Lebih ekstrim lagi, kadang kita lupa diri berasa menjadi juru tagih utusan Allah SWT yang dibekali daftar dan jadwal ibadah jamaah yang tiap waktu harus di centangi ..

Kita lupa, bahwa konteks syukur masyarakat kita sebagian masih mengendap di wilayah pencernaan. Kita lalai bahwa menghargai nikmat – nikmat Allah itu ternyata hanya bisa dilakukan ketika kebutuhan mereka/jamaah tercukupi.

Atau bahasa lugasnya begini ; bagaimana masyarakat akan bersyukur sebenar – benarnya syukur dan beribadah secara khusyuk jika perut mereka masih lapar, jika mereka masih dikejar angsuran motor, cicilan bank, bayar sekolah, dan lain sebagainya…

Jadi, kekuatan “Syukur dulu nikmat menyertai” belum sepenuhnya bisa dimaknai oleh masyarakat kita. Kita harus cerdik memutar balik demi hal baik.

Ini adalah budaya alur fikir masyarakat kita, maka kita (pemerintah, pegiat, pejuang desa, kader, pedakwah, agen pembangunan) yang harus merubah pola merangkul masyarakat, disinilah capaian sosial perencanaan pembangunan harus ditekankan.

Sebab menyentuh karakter tidak bisa dilakukan secara instan, harus evolutif dan bertahap. Kita harus mampu mengenyangkan perut masyarakat dulu, tanpa itu, sehebat apapun ajaran yang kita pakai rasanya tentu akan mandul di depan masyarakat.

Solusinya ; Masterplan Kawasan Patuk Integrasi (KPI) adalah satu – satunya pilot project sebuah kecamatan di Indonesia yang menggunakan basis komunitas sebagai pengungkit percepatan pembangunan untuk mensejahterakan masyarakatnya melalui kapitalisasi potensi yang di sinergikan melalui asistensi data dan di inisiasi menggunakan Sistem Informasi Desa (SID).

Kita sinergikan para cendekia, budayawan, agamawan, ekonom, konsultan masyarakat, petani, untuk melebur diri  mengeksplore kecamatan Patuk agar lebih melesat kearah kemajuan pembangunan berimbang, baik fisik maupun non fisik (bathin, agama, pemberdayaan).

Banyak kerja yang bisa kita bangun untuk sukses berjamaah, salah satunya adalah peningkatan pendapatan petani 200% untuk lima tahun ke depan. Mimpi? Bukan!! Semua bisa diraih ..tergantung kita!

Akhirnya, mari kita mengerucut menjadi masyarakat yang giat, masyarakat yang pintar memanfaatkan waktu untuk kemajuan bersama, masyarakat yang berpartisipasi aktif, masyarakat yang ikhlas lahir bathin, sehingga mimpi Patuk Maju Bermartabat akan disegerakan oleh Allah SWT. Aamiin   (bersambung)

                                                                                                        

Berbanggalah masyarakat Patuk!!! Dari Desa membangun desa!!!

 

Wassalamualaikum wr. wb                                              

 (Agus Rianto)

 

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

PELADI MAKARTI

PENDATAAN PELAKU USAHA/ UMKM DI KALURAHAN PUTAT