CERBUNG - STAY WITH YOU

Lian 28 Mei 2019 11:33:06 WIB

3. Galau

Karya : Li Lian Chris

 

“Huh, apa-apaan itu? Orang itu lama-lama mengganggu juga. Tiap hari main ke kelas ini, cari perhatian pula,” gerutuku karena sejak kami bertemu, Ditya selalu rajin masuk Kelas B saat jam istirahat. “Apa maunya sebenarnya? Lama-lama bikin kesal juga.”

“Haduh kenapa kok pasang wajah garang kayak gitu? Nanti wajah cantikmu bisa cepat tua lho. Cuek ajalah, lagian dia kan main sama Tony,” ledek Siska teman sekelasku.

“Iya ngerti, tapi gak ngegombalin semua cewek di kelas ini dan sengaja minta diperhatiin juga kali.” Aku mulai sebal dengan tingkah Ditya yang ada di hadapanku saat ini.

“Hahahahaha, dia kan pengen kamu cemburu. Dan sepertinya cara itu mulai berhasil tuh.”

“Gak. Gak akan mungkin. Aku gak cemburu kok, karena aku gak suka sama dia,” jawabku tegas. Aku tak akan membuang-buang waktuku dengan rasa cemburu yang Ditya harapkan. AKU GAK MAU JATUH CINTA, GAK SEKARANG.

“Jatuh cinta” sesaat aku berpikir seperti apa rasanya jatuh cinta dan menemukan orang yang benar-benar kita sayangi dan mampu membuat kita melakukan segalanya untuk dia. ”Whut whut whut,” aku menggelengkan kepalaku agar aku keluar dari imajinasiku. “Aku harus jadi yang terbaik!” Kembali aku meyakinkan diriku.

Kesunyian dalam hatiku tak dapat terjamah oleh apapun, keadaan yang membuatnya membeku dan dingin oleh keadaan yang harus kucapai demi kebebasanku. Rasa ingin memiliki terasa jauh tertinggal karena tekadku. Akan lebih mudah bagiku jika aku tidak berurusan dengan cinta maupun hubungan cewek-cowok yang merepotkan.

Kapan terakhir kalinya aku melakukan hal-hal yang aku sukai dan mendapatkan keinginanku? Kapan terakhir kali aku bebas memilih pilihanku? Aku sudah tidak bisa mengingatnya lagi. Itu terasa sudah lama sekali. Sangat lama. Dan inilah aku, Ardinta Putri Maulia yang dalam pikiranya hanya belajar, yang menurut sama orang tua. Ardinta yang tidak bisa menolak permintaan orang lain, terlebih lagi perkataan ayahnya. Kadang aku berpikir kalau keadaanku ini sangat menyedihkan. Kehidupan yang membosankan untuk dijalani siapapun. Tapi aku cukup bertahan dengan keadaan ini.

* * *

Mataku terpaut pada satu orang yang tiap kali berusaha mendekatiku. Sesosok cowok yang begitu arogan dengan kulit gelap tapi terlihat sangat cocok untuknya. Tubuhnya kurus, bahkan jika kami berdekatan dia lebih tinggi dariku. Wajahnya oval dengan sorot mata tajam namun memiliki bulu mata yang lentik. Bibirnya yang terlihat penuh dan padat. Tunggu dulu! Kenapa sekilas aku berpikir tentang bibirnya?

Hanya Ditya yang memenuhi pikiranku. Tidak ada orang lain yang terpikirkan selain dia. Ada rasa kehilangan jika Ditya tak muncul di hadapanku dan aku mulai mencari-cari dimana keberadaannya jika aku tak mendengar suaranya. Aku telah terbiasa dengan keberadaanya di dekatku.

“Akh, kenapa aku ini? Kenapa hanya dengan mengingat tingkah Ditya aja aku bisa kacau begini? Aku tak bisa konsentrasi belajar kalau begini ceritanya,” aku mulai menggumam dan gelisah dengan keadaan ini.

“Ada apa Dinta, tumben kamu gelisah kalau belajar? Bisanya tenang.” Dalam sekejap ibu berhasil mengagetkanku dengan tiba-tiba masuk ke kamarku.

“Ah, gak ada apa-apa kok Bu. Hanya saja ada yang menggangu pikiranku,” aku menjelaskan pada ibu dan sejenak terdiam lalu aku memberanikan diri untuk bertanya satu hal pada ibu, “Mm... bagaimana kisah cinta pertama Ibu? Ibu belum pernah menceritakannya padaku.”

“Hahahaha, tumben bertanya seperti itu? Yah, itu sudah sangat lama sekali. Cinta pertama ibu. Pada saat itu ibu masih SMA, tapi tidak berakhir bahagia. Dan pada kisah cinta berikutnya pun sama. Mereka tidak dapat mengikuti ideologi ibu. Hingga usia ibu mencapai 25 tahun hal itu masih saja terulang dan sempat membuat ibu frustasi, hingga suatu hari ibu bertemu ayahmu. Dalam keadan cemas aku mencari jodohku, dan di sana ibu bertemu pria yang untuk pertama kalinya sepaham dengan ibu. Setahun kemudian ibu dilamar ayahmu fufufufufu.” Ibu terlihat sumringah saat bernostalgia.

Tapi apakah aku bisa mendapatkan kasih yang tulus, yang hanya ditujukan padaku? Namun sepertinya ayah tak ingin aku mengalami kegagalan seperti dia karena sakit hati ditinggalkan kekasihnya. Aku cukup mengerti hal itu, tapi aku tidak bisa menahan perasaan yang menggelitik hatiku ini. Tapi di sisi lain aku tak mau mengingkari janji. Oh Tuhan, aku harus bagimana?

 

Bersambung....

Belum ada komentar atas artikel ini, silakan tuliskan dalam formulir berikut ini

Formulir Penulisan Komentar

Nama
Alamat e-mail
Kode Keamanan
Komentar
 

Pencarian

Komentar Terkini

Media Sosial

FacebookTwitterGoogle PlussYoutubeInstagram

Statistik Kunjungan

Hari ini
Kemarin
Pengunjung

PELADI MAKARTI

PENDATAAN PELAKU USAHA/ UMKM DI KALURAHAN PUTAT